MAKASSAR - Perhelatan politik Sulawesi Selatan melalui Pilkada Serentak berdasarkan Undang-undang No. 10 tahun 2016 sebentar lagi dilaksanakan.
Dua pasang kandidat yang diusung oleh enambelas partai politik telah melakukan kampanye sejak sebulan lalu menuju kontestasi pada tanggal 27 November 2024 mendatang.
Ekspektasi masyarakat Sulawesi Selatan terhadap kedua pasang kandidat Gubernur dan Wakil Gubernur begitu tinggi mengingat potensi yang dimiliki Sulawesi Selatan sangat besar dan cukup potensial.
Garis pantai yang terbentang mulai dari Pinrang sampai ke Luwu Timur ditambah Kepulauan Selayar sepanjang kurang lebih 1.979 kilometer begitu menggoda bagi sejumlah investor.
Baca juga:
Semangat Demokrasi dalam Pilgub Sulsel 2024
|
Potensi dataran rendah dan kawasan pegunungan juga demikian tidak kalah menariknya dengan segala kandungannya dimulai dari kawasan Lompobattang di bagian selatan menuju ke Utara menyusuri kawasan Bulusaraung, kawasan Latimojong sampai kawasan Verbeek.
Pasangan Danny Pomanto - Azhar Arsyad yang mengusung tagline Save Sulsel menandakan bahwa SULAWESI SELATAN TIDAK DALAM KEADAAN BAIK-BAIK SAJA.
Sejumlah persoalan di Sulsel perlu segera dilakukan pembenahan mulai dari infrastruktur wilayah, tata kelola pemerintahan, sampai manajemen sumber daya manusianya.
Danny Pomanto yang menakhodai Kota Makassar dua periode terakhir dianggap memiliki cukup kompetensi membawa Sulawesi Selatan ke arah yang lebih baik.
Hal ini bukan tanpa alasan, 415 penghargaan yang diperolehnya dari dalam dan luar negeri semakin menunjukkan kompetensinya dalam mengelola pemerintahan, apalagi ditambah dengan keberhasilannya menaikkan Pendapatan Asli Daerah dari 500 Milyar pada tahun 2014 menjadi 1, 7 Triliyun tahun ini dan Danny Pomanto optimis mencapai angka 2, 1 Triliyun pada tahun depan.
Azhar Arsyad yang menjadi pasangan Danny Pomanto juga tidak kalah menariknya. Sebagai santri yang hidup dalam lingkungan yang cukup religius sejak kecil tumbuh menjadi aktifis yang senantiasa memperjuangkan aspirasi kaum marginal.
Sejak remaja Azhar sudah aktif di IPNU, Ansor, PMII, bahkan pernah diberikan amanah menjadi Koordinator Forum Informasi dan Komunikasi LSM Sulawesi Selatan sebelum menjadi orang nomor satu di Dewan Pimpinan Wilayah Partai Kebangkitan Bangsa (DPW PKB) Sulawesi Selatan.
PKB Sulsel yang sebelumnya dipandang sebagai partai kelas dua secara pelan tapi pasti mulai di dongkrak. Perolehan 1 kursi PKB di DPRD Sulsel pada pemilu 2009 mulai menunjukkan hasil signifikan di tahun 2014 menjadi 3 kursi.
Angka ini bertambah menjadi 8 kursi pada pemilu 2019 dan 8 kursi pada pemilu 2024 dengan mendapat jatah sebagai Wakil Ketua DPRD Sulsel.
Di DPRD Sulsel selama dua periode terakhir Azhar Arsyad berhasil mendorong lahirnya beberapa Peraturan Daerah (Perda) termasuk Perda tentang Fasilitas Penyelenggaraan Pesantren.
Perpaduan pasangan
Danny Pomanto - Azhar Arsyad dengan berbagai pengalaman hidup menjadikannya sebagai pasangan yang nyaris paripurna yang dapat saling melengkapi satu sama lain.
Danny Pomanto sang arsitek perencana dengan lebih 600 hasil karya arsitektur dan urban planning menjadikannya sebagai tokoh inovatif yang diakui dunia.
Insentif RT/RW juga berhasil dinaikkan Danny Pomanto dari Rp.75.000/bulan menjadi Rp. 1, 2 juta dan menuju Rp.2 juta/bulan.
Kesemua hasil kerja yang telah diperlihatkan sampai dengan hari ini membawa optimisme baru bahwa pasangan Danny Pomanto - Azhar Arsyad sangat berpotensi membawa Sulawesi Selatan ke arah yang lebih baik.
Jika nampak mendung di langit itu pertanda bahwa akan turun hujan, jika ayam berkokok di waktu subuh itu pertanda saat fajar telah tiba. Membaca masa depan dapat dilihat melalui peristiwa yang sebelumnya, disini berlaku hukum kausalitas.
Danny Pomanto - Azhar Arsyad telah menunjukkan legacynya dimana ia berbakti sebelumnya, dan kami doakan semoga memperoleh kepercayaan masyarakat Sulawesi Selatan.
Allah tidak akan merubah nasib suatu kaum jika bukan dia sendiri yang merubahnya (Ar Radh:11), dan bahwasanya seorang manusia tiada memperoleh selain apa yang diusahakannya (An Najm:39).
Apa yang kamu tabur itu juga yang akan kamu tuai, Ungkapan itu berasal dari Alkitab, khususnya dari kitab Galatia 6:7, yang menyatakan, "Jangan sesat! Allah tidak dapat diajak main-main. Apa yang ditabur orang, itu juga yang akan dituainya."
Frasa ini menyampaikan gagasan bahwa tindakan yang dilakukan seseorang, baik atau buruk, akan memiliki konsekuensi yang harus dihadapi di kemudian hari.
Metafora menabur dan menuai berkaitan dengan pertanian, di mana benih (tindakan) yang ditanam seseorang akan menentukan panen (hasil) yang akhirnya dikumpulkannya.
Ungkapan ini telah banyak digunakan dalam berbagai konteks budaya untuk menekankan prinsip sebab akibat dalam perilaku moral. (via)
*Ditulis dalam perjalanan kampanye bersama Cawagub Azhar Arsyad di Bumi Lasinrang, 26 Oktober 2024.